Author : Chinmi Kun ( @chinmi_kosasih)
Tittle : Gun and Ches
Cast :
- Dong Ho
- Yoona
- Other
Genre : action, Romance
Type : Chapter
- Dong Ho -
1. The Ghost From Hotel
Semua ini berawal ketika seorang mentri pertahanan yang di bunuh di hotel bintang lima di seoul, korea selatan di kamar no 113. Si pembunuh meninggalkan pentunjuk berupa pion benteng catur berwarna putih di sebelah mayatnya yang tertembak 3 kali di dada dan di kepala juga sepucuk surat yang bertuliskan "ini hanya lah sebuah awal dari serangan pion-pion hitam". Aku adalah detektif Dong Ho dari kepolisian Seoul dan rekanku Yuna, adalah detektif juga, sebenarnya dia adalah teman ku dari SMP, sejak ayah dan ibunya menghilang secara misterius dia bertekat akan menyelesaikan semua kasus di kota ini, aku dan dia sudah bersama sejak kecil dan kita sudah saling mengerti satu sama lain, tapi ada satu hal yg tidak ku mengerti darinya, dia tidak pernah menangis. Kembali ke permasalahan, menurut penjaga kamera CCTV, pelaku misterius dengan jaket hitam masuk ke kamar no 113 tanpa paksaan, tetapi sistem pintu hotel itu adalah "lock from inside" jadi pintu hanya bisa di buka dengan kunci, ketika berada di dalam pak Mentri sedang berada di balkon hotel, si pelaku mengarahkan pistolnya ke arah Mentri tetapi tidak menembaknya, dan ketika pak Mentri pertahanan berbalik dia tampak tidak kaget, dengan tenang dia memasuki kamar dan duduk di sofa, dia angkat bicara, sayang kamera CCTV tidak dapat merekam suara. Mentri tampak tenang dan si pelaku tampak frustasi, saat pak Mentri berdiri dia di tembak dan tewas di tempat. Si pelaku berlari menuju lift. Seluruh penjaga hotel menjaga semua pintul lift di seluruh lantai, tapi yang keluar hanya segerombol turis yang akan check out, di antaranya tidak ada yang menggunakan jaket hitam, semua orang itu adalah turis. Ketika para penjaga hotel memeriksa lift, mereka menemukan jaket hitam dan pistol, mungkinkah pembunuhnya adalah orang asing? Tapi bagaimana dia dapat membuka pintu? Sedangkan seluruh pegawai hotel adalah orang korea dan tidak mungkin pegawai hotel memberikan kunci hotel pada orang asing atau mungkin pemilik hotel pelakunya? tapi tidak mungkin karena pemilik hotel adalah orang korea asli juga, tak ada orang asing dari dalam. Kejadian itu membuat aku dan Yuna kebingungan, tidak mungkin ada orang yang bisa lenyap begitu saja atau mungkin dia adalah hantu.
2. 3 Point Shoot From the Roof
Untuk sementara waktu korea selatan tidak memiliki Mentri pertahan, sangat mudah untuk di serang oleh negara lain, jadi menurut ku mungkin saja pelaku pembunuhan adalah orang asing. Untuk sementara waktu aku tidak masuk kerja karena sakit, mungkin karena terlalu memikirkan kasus, dan untuk sementara waktu juga Yuna tidak masuk kerja, dia merawat ku, mungkin dia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena mengurusi ku, dia tinggal serumah dengan ku, memang kelihatan aneh karena aku tidak mempunyai hubungan keluarga atau pun hubungan lain, tapi dia rela meninggalkan pekerjaannya hanya demi merawat ku. Aku sempat bertanya soal ini "ehh Yuna sebenarnya kau menganggap aku ini seperti apa? Kakak atau yang lain?" Dengan wajah agak memerah dia menjawab "mungkin kau lebih dari itu". Aku kembali bertanya "apa maksudnya lebih dari itu?", tapi dia malah memenuhi mulutku dengan bubur buatannya, dasar cewek aneh. Besoknya karena tak kunjung sembuh Yuna membawaku ke rumah sakit. Bayangkan, aku ini cuma demam dan sedikit pusing masa aku di bawa ke rumah sakit besar begini. Sementar Yuna mengambil obat, aku menunggu di ruang tunggu, duduk di dekat jendela sambil meliat pidato yang dilakukan mentri kesehatan di depan rumah sakit. Ku akui aku sempat menyangka bahwa dia adalah orang paling sehat se-korea selatan. Belum selesai dia berbicara soal kesehatan di kota Seoul, sebuah peluru datang dari atap rumah sakit arah jam 7 dari tempat mentri kesehatan berdiri. Aku langsung mengeluarkan pistolku, lalu berlari ke atap rumah sakit sambil mengenakan jaket dan syal buatan Yuna, agak sedikit sulit karena para suster, dokter, dan pasien berlari ke lantai dasar dan memenuhi tangga. Ketika sampai di atap pintunya dikunci, aku mendobraknya tetapi tidak 7ada seorang pun di atap yang tersisa hanya sebuah senjata berlaras panjang dengan perlengkapan yang sangat lengkap, sebuah HP,dan yang paling mencengangkan adalah si penembak meninggalkan pion kuda catur berwarna putih, lalu Yuna sampai di atap "kau temukan pelakunya?" Tanya Yuna, yang bisa ku lakukan hanya menggelengkan kepala, tiba-tiba HP yang ditinggalkan pelaku berdering, bergegas aku menjawab telphon itu, "bagaimana tembakan ku? Apakah itu termasuk tembakan 3 point?" Kata suara yang muncul di telphon, "siapa kau? tunjukan dirimu?" Kata ku dengan nada tinggi, "hei jangan emosi dulu, main catur itu harus dengan kepala dingin" katanya dengan suara yang di buat-buat "lagi pula permainan masih lama, aku baru memakan 2 pion milikmu, lagi pula masih ada 3 lagi sebelum permainan berakhir bukan?"Sambungnya. "Ini bukan sebuah permainan!!" jawabku sambil membentak, "opss.. Maaf waktu bicara habis 58 detik..." Lalu telphon di putus. Ketika ku lihat nomornya, ini adalah nomor telphon dari wilayah 4, dan di wilayah 4 punya kamera pengawas.
3. Her Dad!?
Kantor pusat kamera pengawas kota Seoul, gedung yang tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Langsung aku menuju ruang pengawas, "bisa berikan aku rekaman kamera pengawas di wilayah 4, jam 10:30 pagi tadi ?". Aku meminta pada seorang pengawas. "Yang mana?" Si pengawas kembali bertanya "di wilayah 4 ada 10 kamera", aku dan Yuna bertatapan, dia tahu aku bingung "putarkan saja semua rekaman telphon umum di wilayah 4, kami berdua dari kepolisian Seoul" kata Yuna,"oke" sahut si pengawas, lalu sia mengotak atik komputer lalu muncul gambar di monitor, "kira-kira yang di mana pelakunya?" Aku berbisik ke Yuna, tapi dia tidak mendengarkan mendengarkan saja tidak, "Yuna kau kenapa?" Aku bertanya, dengan mata terbelak dia menjawab " itu... Ayahku"
4. The First Time
"Ayah mu!?" Tanya ku sambil tersentak kaget, "itu.. Ayahku!!" dia langsung berlari keluar gedung "Yuna... tunggu dulu.." Aku berlari mengejarnya, lalu dia berhenti di sebuah kedai kopi. "Permisi apa kau melihat orang ini tadi?" Yuna langsung bertanya pada pengawai kedai kopi itu sambil mengeluarkan foto dari dompetnya, "ya tadi orang ini memang datang ke sini" jelas si pengawai, "apa dia berbicara sesuatu tentang dia mau pergi ke mana?" Tanya Yuna lagi "tidak dia tidak bilang apa-apa soal dia mau pergi ke mana, dia hanya bilang 'dentangan jam dari tempat yang tinggi, tempat dimana aku harus melindungi Peluncur dari pion-pion yang menyerang' lalu dia menaiki bus pariwisata" jelas si pegawai kedai, setelah menerima pemberitahuan itu, Yuna dan aku mengucap terima kasih, lalu menuju halte bus pariwisata, "hei Yuna memang kau tahu mau pergi kemana?" Tanya ku "ngak, tapi bus periwisata pasti menuju ke sebuah monumen di kota ini"jawabnyan "tapi Yuna bagaimana dengan si pengila catur ini?", belum sempat menjawab, bus pariwisatanya datang kami berdua memasuki bis bersama orang lain, kami duduk di bangku deretan paling belakang, lalu aku kembali bertanya "heyy Yuna.. Bagaimana dengan kasus kita?", Yuna memejamkan mata dan satu hal lagi yang membuatku kaget, dia menagis? "Dong Ho boleh aku meminta pertolongan pada mu?" Katanya sambil menyeka air mata yang mengalir, tidak tega aku melihat Yuna menangis, walau pun ini pertama kali aku melihatnya "ya.. tentu, apa saja yang kau mau", lalu mata coklatnya yang dibasahi air mata menatap ku dan dia barkata "bisa kau lupakan soal kasus itu sementara dan membantu mencari ayah ku?" Sambil memeluknya aku berkata dengan pelan "tentu aku mau, aku mau membantu mu" lalu dia tertidur di pelukan ku
5. The Reunion
"Yuna.. Yuna bangun aku tahu kita harus ke mana" dengan sedikit mengguncangkan badannya dia langsung bangun "hah.. Apa.. Dimana?" Katanya kebingungan "ayo kita turun di sini" dia turun bis dan aku masih terus memeluknya, bukan apa-apa tapi aku takut dia terjatuh karena matanya masih terpejam, "kita dimana?"Tanyanya, "di Seoul clock tower, kemungkinan ayah mu ada di sini" kata ku menjelaskan. Mata Yuna langsung membelak kaget,"bagaimana kau bisa mengetahui hal itu?"Katanya kebingungan "'dentangan jam dari tempat yang tinggi...' Dentangan berarti jam, dan tempat yang tinggi berarti menara, juga ayahmu menaiki bus pariwisata dan yang terakhir, di Seoul cuma ada satu monumen jam" jelas ku se-detil mungkin "dasar penggila teka-teki" sahut Yuna. Kami berdua memasuki Seoul clock tower, sangat tua dan berdebu, tangga-tangga sudah berbunyi ketika di injak, ketika sampai di lantai paling atas Yuna langsung berkata dengan penuh harap "Ayah..." Tapi dia malah terdiam seribu bahasa, yang dia lihat memang ayahnya tapi dia sudah bersiap dengan senjata laras panjang sangat lengkap menghadap ke luar jendela, aku langsung mengeluarkan pistol ku "Yuna... Bagaimana bisa?" Kata ayahnya kebingungan
6.Dad...!?
"Apa yang ayah lakukan di sini?" Tanya Yuna, "ayah.. ayah.. ayah sedang.." Jawab ayahnya terbata-bata. "Jadi ayah yang melakukan semua kejadian ini, ayah yang membunuh mentri" tuduh Yuna sambil menitihkan air mata "bukan.. bukan aku yang melakukannya" jelas ayah Yuna sambil mencoba meraih tangannya, tapi Yuna malah melepaskan pegangannya "dimana ibu? Kemana ayah selama ini?" Tanyanya lagi, " aku adalah agency khusus korea selatan dilatih khusus untuk melindungi pemerintah dari serangan seperti apa pun, dan ibu mu juga melakukan hal yang sama, tapi pada malam itu kami berdua kehilangan koneksi presiden dalam keadaan berbahaya, aku tidak melihat si penembak sialan itu, ibu mu yang melihat, dia... Dia melindungi presiden dengan menyerah kan nyawanya" jelas ayah Yuna yang akhirnya menitihkan air mata, dia sangat mirip Yuna saat menangis "di mana ibu? Mengapa kau meninggalkan aku?" Tanya Yuna "tubuhnya di kremasi dan abunya di tebar di laut, aku meninggalkan mu karena... Aku tidak mau kau mengikuti langkah ku dan ibu mu menyerahkan nyawa demi negara" jelas ayah Yuna. Tanpa kami sadari suara tembakan terdengar dari luar "sial...! Aku terlambat..!" Saat kami melihat keluar jendela, kami melihat keramaian di depan gereja, "mentri ke Agamaan terbunuh!!" Teriak orang-orang di bawah sana. Aku melihat sekeliling, aku melihat seseorang di atas atap gereja, aku mengambil senjata ayahnya Yuna dan mengarahkannya ke arah atap gereja, melihat si pembunuh itu dan menembaknya, sayang... Meleset, pelurunya hanya mengenai lengannya, dia melarikan diri lagi. "Tuan.. Bagaimana kau bisa tahu keberadaan si pembunuh itu?" Tanya ku pada ayah Yuna, "kejadian yang sama seperti saat itu mentri pertahanan menggunakan pion benteng, mentri kesehatanmenggunakan pion kuda, mentri keagamaan menggunakan pion seluncur, lalu kepala mentri menggunakan pion mentri, dan yang terakhir tuan presidenmenggunakan pion raja, pola yang sama saat kejadian itu, mungkin saja pembunuhnya sama"jelas ayah Yuna, "kalau begitu kita harus hubungi pusat untuk melindungi kepala mentri, dan apa kau tahu siapa pelakunya?" Tanya ku lagi "tidak pembunuhnya tidak pernah di temukan, itu yang akan kau katakan bukan" potong Yuna, "bagaimana kau bisa tahu hal itu?" Tanya ayah Yuna "kita ini satu keluarga bukan" kata Yuna sambil berlari menuruni tangga gedung.
7. Old friends from the past
" Tapi pak semua nya sudah jelas" kata ku mencoba menjelaskan semuanya pada pimpinan ku "tidak bisa..! Kita membutuhkan bukti identik dari tersangka!!!" Kata pimpinan ku sambil teriak-teriak sampai keluar air ludah "baik aku akan mencari bukti identik si pelaku...! Pak...!" Suara ku tak kalah kerasnya, lalu aku keluar lalu membanting pintu ruang pimpinan ku. "Bagaimana, apa kau dapat ijin dari pimpinan?" Tanya Yuna di depan gedung duduk di kursi taman bersama ayahnya "tidak, pimpinan meminta bukti identik si pelaku" jawabku "tidak, kita bisa melakukannya sendiri, tak perlu bantuan pimpinan"kata ayah Yuna dengan sangat pelan "besok, kepala mentri akan mengadakan pidato di Seoul Central Park, membahas soal kematian para mentri" jelasnya "itu dia tujuannya" kata Yuna, "tujuan apa?" Tanya ku, "dia berusaha mengacaukan sisitem pemerintahan di korea selatan" kata Yuna, "dengan begitu dia bisa menyelinap masuk ke pemerintahan korea selatan" lengkap ku, "pertanayaan ku adalah mengapa dia tidak memasuki pemerintahan saat keadaan pemerintahan kacau waktu itu?" Kata ayah Yuna " dia mengincar tempat presiden, ketika keadaan pemerintahan kacau dia muncul menjadi calon presiden" "bukan dia yang menembak ibu mu waktu itu" kata ku sambil memegang dagu "dendam keluarga" tiba-tiba pak kepala kepolisian keluar dari kantor polisi "pak, apa kabar?" Katanya sambil memberi hormat "lumayan letnan" kata ayah yoona sambil berdiri "maaf tapi aku bukan letnan lagi pak.." Kata kepala polisi "oh ya maaf itu 20 tahun yang lalu, masa perang" kata ayah yoona sambil garuk-garuk kepala "hey boleh aku minta izin pada kepala polisi Soeul" ayah yoona memasukan tangan ke kantong jeansnya "aku sebagai kepala polisi Seoultidak akan membirikan izin pada orang asing, tapi sebagai mantan pasukanmu pakai saja senjata dan sebagian dari pasukanku" katanya dengan penuh wibawa seakan kita sangat membutuhkannya
7. Old friends from the past
" Tapi pak semua nya sudah jelas" kata ku mencoba menjelaskan semuanya pada pimpinan ku "tidak bisa..! Kita membutuhkan bukti identik dari tersangka!!!" Kata pimpinan ku sambil teriak-teriak sampai keluar air ludah "baik aku akan mencari bukti identik si pelaku...! Pak...!" Suara ku tak kalah kerasnya, lalu aku keluar lalu membanting pintu ruang pimpinan ku. "Bagaimana, apa kau dapat ijin dari pimpinan?" Tanya Yuna di depan gedung duduk di kursi taman bersama ayahnya "tidak, pimpinan meminta bukti identik si pelaku" jawabku "tidak, kita bisa melakukannya sendiri, tak perlu bantuan pimpinan"kata ayah Yuna dengan sangat pelan "besok, kepala mentri akan mengadakan pidato di Seoul Central Park, membahas soal kematian para mentri" jelasnya "itu dia tujuannya" kata Yuna, "tujuan apa?" Tanya ku, "dia berusaha mengacaukan sisitem pemerintahan di korea selatan" kata Yuna, "dengan begitu dia bisa menyelinap masuk ke pemerintahan korea selatan" lengkap ku, "pertanayaan ku adalah mengapa dia tidak memasuki pemerintahan saat keadaan pemerintahan kacau waktu itu?" Kata ayah Yuna " dia mengincar tempat presiden, ketika keadaan pemerintahan kacau dia muncul menjadi calon presiden" "bukan dia yang menembak ibu mu waktu itu" kata ku sambil memegang dagu "dendam keluarga" tiba-tiba pak kepala kepolisian keluar dari kantor polisi "pak, apa kabar?" Katanya sambil memberi hormat "lumayan letnan" kata ayah yoona sambil berdiri "maaf tapi aku bukan letnan lagi pak.." Kata kepala polisi "oh ya maaf itu 20 tahun yang lalu, masa perang" kata ayah yoona sambil garuk-garuk kepala "hey boleh aku minta izin pada kepala polisi Soeul" ayah yoona memasukan tangan ke kantong jeansnya "aku sebagai kepala polisi Seoultidak akan membirikan izin pada orang asing yang telah hilang 10 tahun, tapi sebagai mantan pasukanmu pakai saja senjata dan sebagian dari pasukanku" katanya dengan penuh wibawa seakan kita sangat membutuhkannya
8. The plan
"Oke 2 jam lagi kepala mentri akan mengadakan pidato di depan gedung kementrian, lapangan yang sangat luas, angin juga bertiup kencang hari ini, gedung terdekat sekitar. 300 meter, kemungkinan kecil bisa menembak tepat sasaran". Aku berbicara dengan serius di depan meja sambil menunjuk-nunjuk denah yang ditempel di dinding "tim alpha 01 bersam detektif Yoona melindungi kepala mentri, alpha 02 bersama ku memriksa gedung- gedung di sekitar lapangan, semua mengunakan sistem penyamaran, semua siap!!" Kataku penuh semangat, tubuhku dipenuhi adrenalin terlalu semangat ingin menangkap pembunuh itu "siap pak!!" Serentak pasukanku
9. The killer
"Yoona, kau bertanggungjawab di sekitar mentri ". Kata ayahnya sambil menepuk bahunya "terima kasih ayah" katanya sambil tersenyum.,Ku akui senyumannya manis. "Dong Ho kau harus berhati-hati, ingat ya" kata Yoona katanya ketika aku mau mulai berjalan "oke" kata ku sambil mengedipkan mata. Tiba-tiba dia menarik tangan ku langsung saja dia mengcup bibir ku, saat paling indah dalam hidupku. Perjalanan ke pos ku terasa melayang-layang, jelas saja itu adalah ciuman pertamaku, tiba-tiba seorang remaja sekitar umur 15 tahun dengan koper dan topi baseball menabrak ku, "maaf tuan" katanya dengan nada rendah "tak apa-apa, kau bawa apa?" Memang dasar aku orang aneh malah bertanaya "ohh ini," kata nya menunjuk tas kopernya "ini pesanan khusus dari ayah ku, harus segera di antar." Dia meneteskan air mata "maaf kalau aku membuatmu sedih" aku memegang bahunya "tidak apa-apa, sebentar lagi dia akan bahagia" dia menghapus air matanya, dia membalas memegang bahuku. Lalu dia berjalan menuju kerumunan orang lalu menghilang. Tiba-tiba radioku berbunyi, ada yang menghubungi ku, tapi suara nya tidak jelas "paa..kk a..ddaa.... ma...ssa.." "Ya apa? Ada apa?" Jawabku "aa...da maa... sa... Shhhhhh...." Suaranya terputus. Lalu kuraba-raba bajuku, celana dan di bahu ku di bawah kerah ada peyadap di tubuh ku, remaja itu dia pembunuhnya. Aku langsung berlari menuju kerumunan orang dia sedang menaiki lift, aku berlari menuju tangga darurat, ku dobrak saja pintunya, aku menaiki tangga lantai demi lantai sampai di loteng, saat ku buka pintunya sebuah tembakan hampir mengenaiku untung dia masi meleset. Kutarik pistol ku dari sarungnya "nak..! Apa yang kau lakukan, apa kau gila!?" Kataku sambil barsandar di dinding sebagai tempat perlindungan, satu lagi tembakan hampir menegnaiku "mungkin!!" Satu lagi tembakan hampir mengenaiku, lalu dari cermin di depan ku, terliahat lah bayangan bocah itu, satu lagi tembakan di arah kan ke arah ku "hey nak kau benar-benar gila ya!" aku kembali berteriak, tiba- tiba sebuah tembakan mengenai tangan ku, "sial!!" Lalu ku lihat lagi di cermin dia sedang mengisi ulang senjatanya, langsung saja ku keluar dari persembunyian ku kuarahkan senjata ku ke arahnya, kutarik pelatuknya, dia tumbang tapi masih hidup "sial!! si pecundang mengnaiku" dia berkata dalam kesakitannya." Yoona aku sudah dapatkan pembunuhnya" aku berbicara di radio " sepertinya dia membutuhkan bantuan medis"
10. The truth
"Nak apa yang kau lakukan, kau membunuh 3 orang penting di korea, apa kau gila?" Aku mencoba menghentikan pendarahannya "apa kau tahu, korea telah mengambil segalanya dari ku" dia berbicara dengan rintihan "mengambil segalanya? Apa maksud mu?" Aku malah bertanya lagi dasar orang bodoh "ketika aku berumur 5 tahun ayah ku adalah seorang calon presiden, tapi di bunuh pada hari kejayaannya oleh seorang pembunuh entah suruhan siapa, tapi ketika aku melihat hasil pemilihannya presiden sekarang yang memiliki hasil paling tipis dengan ayah ku, pasti dia yang menyuruh orang untuk membunuh ayah ku" dia menjelaskan, dia kembali menangis "ibu meninggal karena sakit keras yang dideritanya, sejak saat itu aku hidup di jalan, kehidupan yang sangat keras, sejak saat itu aku bertekad akan mengacaukan pemerintahan korea selatan." Tatapannya sekarang penuh ambisi ""lalu bagaimana kau bisa memiliki senjata selengkap itu?" Aku sudah seperti mengintrogasi dia "ayahku adalah seorang tentara dulu, dia mempunyai gudang senjata, aku baru mengetahuinya setelah melihat surat wasiat ayah ku, dia mewariskan seluruh hartanya pada ku" jelasnya "dan kau bisa lolos di hotel karena kau bersembunyi diantara turis dan tidak terlihat" aku menerka hal itu "ya ternyata kau memang agak pintar detektif" lalu dia memjamkan matanya "heyy kau harus tetap bersamaku oke" lau aku mengambil radioku "heyy aku butuh medis.. Sekarang!!!" Aku bereriak-teriak seperti orang gila "bocah tetap bersamaku, bocah... Bocahh..."
11. And the end
"Apa kabar? Bagaimana keadaanmu?" Yoona bertanay dengan suara lembut "sudah lebih baik" si bocah menjawab sambil tersenyum. Dia akan dihukum tetapi dia mendapat hak perlindungan dan jika dia sudah sembuh dia akan tinggal bersama ku dan Yoona, dan yang paling membuatku bahagia aku dan Yoona akan segera menikah kami sudah bertunangan ayah Yoona setuju dengan hubungan kami dan ayah dan ibuku juga setuju.
~the end~